SEPUTAR IQ - Malam satu suro adalah tradisi Jawa yang bertepatan dengan Tahun Baru Islam 1 Muharram. Dirayakan oleh masyarakat Jawa dengan menggunakan berbagai macam acara adat.
Dikutip dari situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, satu suro adalah awal bulan pertama tahun baru Jawa yang penanggalannya mengacu pada penanggalan Jawa. Malam satu suro adalah malam yang menandai awal bulan pertama dalam penanggalan Jawa.
Sementara itu, mengutip dari situs Kementerian Agama Republik Indonesia, masyarakat Jawa menyebut bulan Suro sebagai bulan keramat. Peringatan satu suro sendiri bertepatan dengan 1 Muharram yang tidak lain adalah Tahun Baru Islam.
(Baca juga: MPLS Adalah? Masa Pengenalan Sekolah)
Sejarah Malam Satu Suro?
1 Muharam ditetapkan sebagai awal Almanak Islam oleh Khalifah Umar Bin Khattab, seorang Khalifah Islam di era setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW.
Sejarah malam satu suro sendiri dalam rangka memperkenalkan sistem penanggalan Hijriah di kalangan masyarakat Jawa disesuaikan pada masa pemerintahan kerajaan Demak yaitu, Sunan Giri II.
Kapan Ditetapkannya Malam Satu Suro?
Malam satu suro diperingati pada malam hari, setelah matahari terbenam pada hari sebelum tanggal satu suro. Dalam penanggalan Jawa, pergantian hari dimulai saat matahari terbenam dari hari sebelumnya, bukan tengah malam seperti pergantian hari dalam penanggalan Masehi.
Apa itu Perayaan Satu Malam Suro?
Umumnya, prosesi ritual sekelompok warga atau biasa disebut kirab digelar pada malam satu suro. Perayaan ini digelar di beberapa daerah di Pulau Jawa.
Seperti di kota Solo, perayaan satu malam suro biasanya dirayakan dengan adanya hewan khusus yaitu kebo bule. Kebo bule bukan sembarang kerbau, melainkan kebo bule bule (Kyai Slamet) yang dianggap keramat oleh masyarakat, dan merupakan pusaka penting milik keraton.
Berbeda dengan kota Solo, perayaan satu malam suro di Yogyakarta umumnya identik dengan penggunaan keris dan pusaka sebagai bagian dari prosesi atau kirab. Selain itu, terdapat pula kekayaan alam berupa gunungan tumpeng dan benda pusaka yang menjadi sajian khas untuk prosesi atau kirab.
Upacara malam satu suro menitikberatkan pada kedamaian dan keamanan batin. Umumnya pada malam satu suro, orang berusaha mendekatkan diri kepada ilahi yaitu Tuhan Yang Maha Esa dengan cara menjalankan kebaikan-kebaikan sepanjang bulan suro.
Pada bulan Suro, masyarakat Jawa percaya untuk terus bersikap eling (jangan lupa) dan waspada. Eling memiliki arti bahwa manusia harus selalu ingat siapa dirinya dan di mana kedudukannya sebagai ciptaan yang kuasa. Sedangkan waspada berarti manusia harus terjaga dan waspada terhadap godaan yang menyesatkan.
Inilah ulasan tentang sejarah dan peringatan malam satu suro, yang masih dilestarikan hingga saat ini oleh warga Jawa. Semoga informasi ini dapat membantu sahabat sekalian.