Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Presiden ke-6 Republik Indonesia, meminta seluruh pemimpin dunia untuk menurunkan egonya. Menurutnya, para pemimpin dunia harus bernegosiasi dan perundingan melalui forum G20 pada November 2022 di Bali untuk menyelamatkan dunia.
"Wahai para pemimpin dunia, termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), lakukan sesuatu yang konkret untuk menyelamatkan dunia kita. "Inaction is immoral". Gunakan Forum G-20 di Bali "to save our world, to save our planet". Turunkan ego masing-masing. Negosiasi dan perundingan adalah jawabannya," tutur SBY, Presiden Ke-6 RI.
Dirinya mengatakan ada dua kabar buruk tentang dunia saat ini, yaitu resesi ekonomi global yang kemungkinan akan terjadi dan perang di Ukraina yang semakin membahayakan keamanan internasional.
SBY mengungkapkan resesi ekonomi global pasti akan memukul kehidupan semua bangsa yang saat ini berada dalam situasi sulit. Jika perang di Ukraina semakin liar dan tidak terkendali, ucapnya, maka perang dunia yang disertai dengan penggunaan senjata nuklir bisa menjadi kenyataan.
(Baca juga: G20 Bali Indonesia Ciptakan Sejarah Baru)
“Kita tahu dampak buruknya jika krisis ekonomi global terjadi disertai dengan “cost of living crisis”, dan perang besar terjadi di Eropa yang melibatkan Barat (AS dan sekutunya) melawan Rusia dan sekutunya. Tentu tidak ingin mengalami lagi 'Great Depression' sebelum Perang Dunia II dulu," sambungnya.
SBY juga menuturkan bahwa situasi dunia akan semakin buruk jika geopolitik yang sudah memanas di Asia Timur, akhirnya menjadi konflik militer terbuka antara China dan Taiwan dengan para pendukungnya, termasuk AS.
Dia mengingatkan bahwa mandala terbesar dalam Perang Dunia II ada di Eropa dan Asia. "Haruskah kita membiarkannya terjadi lagi?" jelasnya.
SBY menambahkan, jika situasi semakin tidak terkendali, baik goncangan ekonomi maupun keamanan global, pandemi Covid-19 masih akan melanda, menyelamatkan bumi dari pemanasan global akan gagal karena dunia tidak peduli lagi dan menjadi prioritas.
Menurutnya, situasi ini bisa menyebabkan dunia mengalami 'triple crises', yakni di sektor keamanan, ekonomi, dan lingkungan.