Kebijakan Pemerintah dibawah komando presiden Joko Widodo, menaikan harga bahan bakar minyak (BBM) khususnya pertalite dan solar adalah bentuk “dangkal nostalgia”.
Ketua DPD Bintang Muda Indonesia (BMI) Demokrat Sumsel, Sonedi Ariansyah menilai Jokowi sudah melupakan sejarah kepresidenannya sendiri atas jasa-jasa supir angkot, supir truck, ibu-ibu pengendara motor (tukang sayur keliling lorong) yang selama ini membanggakan Jokowi bagian dari potongan (tampilan) rakyat kecil.
Anggota DPRD Ogan Ilir ini menyebut sikap pemerintah sudah sewenang-wenang kepada rakyatnya sendiri. Bahkan pengusaha muda ini menyebut Jokowi dangkal nostalgia.
“Pikirkan solar ini dipake sehari-hari oleh supir angkot, yang bertahun tahun tidak bisa menaikkan tarif penumpangnya. Lihat tu supir truck yang lagi hemat dengan belanja solar untuk mengimbangi biaya jasa nyupir. Itu ada ibu-ibu yang biasa keliling pake motor jualan sayur dari lorong satu ke lorong lain. Apa lupa pak Jokowi dengan mereka yg selama ini kagum dengan presiden mereka karena tampil dengan potongan rakyat,” papar Aktivis Jokja ini.
Sonedi Menilai, pemerintah diambang kolep, tak dapat uang besar, akar pun jadi. “Kalo memang mampu ngelola sumber daya alam Indonesia pasti dapat uang besar, tak perlu malaki rakyat. Ya pribahasanya tak dapat uang besar akarpun jadi. Itu salah,” tandas Sonedi.